Alkisah seorang suami yang selalu bangun pagi dan selalu membuka tirai jendela kaca rumahnya. Didepan jendela kaca itu adalah pekarangan rumah tetangganya. Suatu waktu setelah bangun pagi dan membuka tirai jendela kacanya, suami itu berbisik ke istrinya, “Bu coba lihat rumah tetangga depan kita, kotor sekali !, Apa tidak merasa risih pemiliknya?, suami itu pun ngeloyor ke kamar mandi.
Sang istri pun diam seraya mengambil lap basah membersihkan kaca jendela sampai bersih. Setelah suami keluar dari kamar mandi, sang istri memanggil suaminya,” Ayah kesini sebentar, lihatlah rumah tetangga kita?. Kemudian Suami itupun menimpali,” Oh, lihat dia sudah membersihkan rumahnya”. Sambil tersenyum Sang Istri menyuguhkan secangkir kopi hangat kepada suaminya.
Begitulah sering tanpa disadari kita melihat kebenaran dengan kacamata sendiri, yang tanpa sadar kacamata yang kita miliki bersih atau masih kotor.
Syahdan ada seorang yang sakti dan bijaksana bosan dengan sifat manusia yang aneh,yaitu sangat suka fanatik pada sesuatu yang diyakininya, kemudian membentuk organisasi massa, dilengkapi baju seragam dengan tanda pengenal. Awalnya semuanya berjalan damai dan baik, semuanya berteriak gembira :hidup demokrasi, bagus demokrasi.
Tetapi kemudian sedikit demi sedikit mulai membuat masalah, misalnya hanya menuliskan namanya besar besar dalam bendera raksasa, berpawai di jalan-jalan sambil berteriak dan megibarkan panji-panjinya supaya orang yang berbeda pendapat mau ikut bergabung dengannya.
Kemudian ada seorang yang sakti dan bijaksana memutuskan untuk membuat pencerahan kepada manusia yang mempunyai sifat aneh itu agar bisa menertawakan dirinya sendiri. Seorang sakti yang bijaksana itu menciptakan topi yang besar, yang sebelah kanan berwarna biru yang menyala, sebelah kiri berwarna merah yang cerah, sisi depan warna kuning gemerlap,sisi belakang warna transparan putih.
Lalu dia pergi ke suatu jalan yang ramai dan memunculkan diri dengan kesaktiannya sehingga semua orang takjub melihatnya. Berbadan bersinar mengenakan topi besar tersebut,dan berjalan menyusuri jalan tersebut, membuat orang yang menyusuri jalan berhenti dan terperangah untuk memandangnya. Kemudian seorang sakti tersebut mendadak lenyap hilang begitu saja.
“Aku melihat Pemimpin yang Bijaksana, aku melihat Pemimpin yang adil dan sakti”, semuanya dipenuhi kegembiraan dan suka cita. Kemudian seseorang yang ada dikanan jalan itu memandang dengan heran sambil berkata,”Betapa agungnya Ia datang dengan topi Biru nya “. Orang yang ada di kiri jalan memandangnya dengan takjub,” Ia tidak bertopi biru, tapi memakai topi merahnya”. Orang yang sedang berpapasan dengannya terpesona berkata “Bukankah Ia bertopi kuning!”, dan orang yang dilewatinya tertegun menyahut “ Dia tidak memakai topi,tapi rambutnya rapi dan bersih”.
Perbedaan pendapat itu berlangsung terus menerus sehingga masing-masing pihak membangun tembok, mengejek menyindir dan saling memfitnah, lalu seorang sakti dan bijaksana itu muncul kembali,tetapi dengan jalan yang berlawanan arah dengan sebelumnya dan kemudian kembali menghilang.
Sekarang semua orang saling memandang kebingungan, dan orang yang dikanan jalan berkata,” Ternyata anda benar,Ia bertopi merah!” tapi orang yang di kiri jalan berkata,” tidak ,saya yang salah melihat,mohon maaf,dia memakai topi biru!”. Dan orang yang sekarang berpapasan dengan malu berkata, “Ia memakai topi kuning, maafkan kami”!, dan yang ganti dilewati berkata,”Ternyata dari belakang sama dengan kita mempunyai rambut rapi dan bersih,maaf”!.
Pada saat itu semuanya bingung, tidak tahu harus bertengkar atau berdamai. Lalu seorang sakti dan bijaksana itu muncul kembali, dan kali ini ia berdiri ditengah jalan, berputar kekiri lalu kekanan, kemudian kembali lenyap. Dan semua orang pun akhirnya tertawa sampai menitikkan air mata dan berangkulan,kemudian semuanya berbisik"Sebenarnya yang terpenting bukan warna topinya..., tapi kesaktian dan kebijaksanaannya"!.


Semoga cerita ini akan meniupkan kesegaran berfikir bagi masyarakat yang saat ini dilanda oleh konflik bernuansa politik seolah kehabisan akal untuk menyelesaikan. Amin
Peningkatkan Daya Beli Masyarakat adalah salah satu tolok ukur kemajuan pembangunan suatu daerah, daya beli masyarakat sangat erat hubungannya dengan upah riil yang diperoleh individu dalam masyarakat dalam siklus kehidupannya.
Di Banyuwangi UMKM dikelompokkan dalam beberapa sektor , yaitu:

1. Sektor Pertanian (termasuk peternakan,perikanan)
2. Sektor Micro Manufaktur
3. Sektor Perdagangan dan jasa

Dalam pengembangan UMKM untuk meningkatkan daya beli masyarakat , rumusan masalah yang mengemuka adalah bagaimana meningkatkan pendapatan ekonomi UMKM ? , tentu dalam teori populer adalah dengan meningkatkan produktivitas UMKM disertai dengan peningkatan kualitas produk yang dihasilkan.
Potret UMKM di Banyuwangi pada umumnya adalah:

a. Lemah dalam segi permodalan, umumnya UMKM adalah usaha perseorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup , yang mengandalkan modal milik sendiri yang terbatas.

b. SDM yang terbatas, sebagian besar UMKM berkembang secara tradisonal dan merupakan usaha turun temurun, relatif kurang ketrampilan (teknologi) dan tidak mengikuti perkembangan pasar.

c. Lemahnya Jaringan Usaha Dan penetrasi pasar, disebabkan produksi yang terbatas dan kualitas relatif rendah.

Dengan berbagai pengelompokan dan gambaran umum UMKM tersebut, tentu treatment yang dilakukan akan berbeda-beda . Lebih arief bila sebelum tretment dilaksanakan , diadakan mapping potensi dan identifikasi permasalahan pada UMKM sehingga tidak terjadi jumping problem solving ( penyebab kurang tuntas nya pemecahan masalah). Setelah rumusan masalah sudah diketahui, perencanaan pengembangan UMKM diarahkan untuk peningkatkan produktivitas dan kualitas produk .
antara lain adalah:

• Membantu permodalan dengan koordinasi dengan lembaga keuangan ( Bank-Bank yang mempunyai program –progarm permodalan untuk UMKM)

• Mengadakan Pelatihan – Pelatihan teknologi terapan dan manajemen pada UMKM sesuai dengan kekhususan kebutuhan masing-masing.

• Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana di lingkungan sekitar UMKM

• Menciptakan iklim usaha yang kondisif untuk menciptakan persaingan Usaha yang sehat, menyerderhanakan prosedur perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya.
Diskripsi
Tercapainya Kesejahteraan masyarakat ditandai dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia, kualitas kesehatan untuk memperpanjang hidup dan meningkatnya pendapatan masyarakat yang berpengaruh peningkatkan daya beli masyarakat.
Dari indikator kesejahteraan tersebut peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan fundamental.
Dalam era globalisasi untuk menyamakan kualitas pendidikan yang setara dengan skala internasional, mau-tidak mau Indonesia harus mengikuti agar tidak ketinggalan dengan Negara lain. Indonesia untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini dengan sistim kompetensi, konsekuensinya adalah standar nilai kelulusan semakin tinggi.
Kurang bijaksana apabila kita di Banyuwangi, melaksanakan program kompetensi pendidikan untuk mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia banyuwangi tanpa meningkatkan juga sarana dan prasarana pendidikan tersebut.

Identifikasi Permasalahan
Di masyarakat sering kita dengar keluhan tentang mahalnya harga buku pelajaran, sulitnya mencari buku pelajaran yang telah disyaratkan oleh masing-masing sekolah di pasaran. Yang ujungnnya ternyata adalah siswa harus membeli buku pelajaran yang telah disyaratkan sekolah ke guru atau sekolah tersebut. Sebenarnya masyarakat telah mengkritisi permasalahan yang berkembang ,hal ini sering kita mendengar di warung-warung, perkumpulan arisan dan sebagainya, bahwa mereka mengetahui adanya Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS ), tetapi kenapa sudah ada Dana BOS, buku pelajaran masih membeli, kenapa buku harus dari penerbit A,B danC ? padahal Standard kurikulum seluruh Indonesia sama. Di perkotaan distribusi buku pelajaran relatif baik, tetapi diperdesaan sangat jauh.dari memenuhi syarat..
Kita harus jujur mengakui, kesenjangan yang terjadi didesa dan kota selama ini masih besar. Bagi sekolah-sekolah yang berada di daerah perkotaan yang sudah demikian akrab dan mudah dalam mengakses internet, kehadiran BSE jelas akan memberikan dampak positif dalam mendukung kegiatan pembelajaran. Di bawah bimbingan guru, para siswa bisa diajak bersama-sama untuk mempelajari buku secara online, membahas dan mendalaminya secara bersama-sama, melakukan diskusi secara dialogis dan interaktif, sehingga atmosfer pembelajaran pun menjadi lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Namun, bagaimana halnya dengan sekolah-sekolah pinggiran yang masih jauh dari sentuhan internet? Jangankan koneksi internet, perangkat komputer saja masih banyak yang belum memilikinya. Sekolah-sekolah pinggiran semacam itulah yang perlu mendapatkan perhatian dan subsidi lebih optimal untuk mengatasi lebarnya kesenjangan desa-kota.dan memberi bantuan buku murah untuk mengurangi biaya pendidikan..

Alternatif Solusi
Sejak awal tahun 2008 Depdiknas telah meluncurkan Buku Sekolah Elektronik di situs http//bsa.depdiknas.go.id, terdapat dua fasilitas didalam website tersebut yaitu Download (Dapat diunduh) dan baca online.Website tersebut berisi buku pelajaran elektronik gratis yang berisi buku paket pelajar mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Menurut Mendiknas Bambang sudibyo, masyarakat luas dapat mengakses secara gratis buku dalam bentuk elektronik atau ebook melalui website Depdiknas (http//bse.depdiknas.go.id). Guru, murid, pemerintah daerah, ataupun pengusaha diperkenankan untuk mengunduh, meng-copy, mencetak, menggandakan, bahkan sampai memperdagangkannya. Buku yang diterbitkan secara online tersebut, menurut Mendiknas, merupakan buku-buku yang telah dibeli hak ciptanya oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang telah dinilai kelayakannya oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pemerintah menargetkan untuk membeli sebanyak mungkin hak cipta buku pada tahun mendatang. Di tengah wacana pembelajaran elektronik yang kini tengah hangat diperbincangkan, langkah Depdiknas lewat BSE-nya memang bisa dibilang sebagai terobosan yang jitu dan visioner. Melalui BSE, masyarakat luas yang memiliki fasilisitas internet dapat mengunduh dan membaca buku-buku teks, mulai jenjang SD hingga SMU/SMK, secara gratis. Bahkan, mereka yang memiliki naluri bisnis, bisa memanfaatkan fasilitas tersebut jadi memiliki nilai jual.
Untuk memberi solusi agar sarana dan prasarana pendidikan di Banyuwangi lebih baik dengan pengadaan buku pelajaran yang murah maka penulis mengharapkan saran masukan yang positif bagi pemerhati masalah pendidikan di Banyuwangi.
Pemberitaan Media massa sering mengulas tentang konflik antara masyarakat dan pemerintah antara lain tentang masalah- masalah pembangunan, kebijakan pemerintah yang kurang responsible, Mis komunikasi yang terjadi pada masyarakat , transparansi pertanggung jawaban keuangan pemerintah, yang pemberitaannya cenderung kurang obyektif dan selalu negatif.
Dari kenyataan yang ada, penulis sering bertanya – tanya ,kenapa hal ini sering terjadi, apa ada yang salah, apa penyebabnya dan yang terpenting adalah
apa solusinya?.
Dalam teori – teori yang populer ,penyebab konflik adalah:

o Adanya beberapa kekuatan besar yang saling bertentangan.

o Perbedaan persepsi yang diabaikan.

Kekuatan – kekuatan besar tersebut adalah eksekutif, legislatif ,yudikatif dan masyarakat ( Stake holder yang terdiri dari komunitas – komunitas sosial, pelaku usaha dan masyarakat itu sendiri ). Tentu saja kekuatan- kekuatan tersebut mempunyai kepentingan – kepentingan sendiri-sendiri.
Perbedaan persepsi atau yang populer diartikan sebagai beda sudut pandang , sebenarnya tergantung dari tingkat pendidikan dan wawasan untuk memahami , yang tentu saja berbeda –beda dalam masyarakat. Dari persepsi inilah timbul opini yang akan berkembang di masyarakat, bisa positif atau negatif serta kondusif atau destruktif. Untuk memahami persepsi , ada baiknya kita menelaah cerita lama tentang 4 orang buta dan seekor gajah.
Dikisahkan 4 orang buta yang ingin mengetahui tentang gajah, orang buta yang pertama hanya meraba ekornya , sehingga ia beranggapan bahwa gajah adalah sebuah tali. Orang buta yang kedua hanya meraba kakinya, sehingga ia beranggapan bahwa gajah adalah sebatang pohon. Orang buta yang ketiga hanya meraba perutnya, sehingga ia beranggapan gajah adalah sebidang papan. Orang buta yang keempat hanya meraba belalainya, sehingga ia beranggapan gajah adalah seekor ular. Tentu saja setelah ditanya tentang, apa gajah itu ?, keempat orang buta itu menjawab berlainan. Hal inilah yang menggambarkan bagaimana perbedaan persepsi itu terjadi. Solusi agar tidak ada perbedaan persepsi pada 4 orang buta tersebut, maka 4 orang buta tersebut harus diberi gambaran bahwa seekor gajah adalah binatang besar yang mempunyai ekor seperti tali, badan yang lebar seperti papan ,kaki yang kokoh seperti pohon dan belalai panjang seperti ular, sehingga ke 4 orang buta tersebut mengetahui gambaran utuh seekor gajah.
Penyelesaian konflik yang terjadi dimasyarakat memang memerlukan kearifan dan niatan yang baik ( Good will ) untuk menyelesaikannya. Pada umumnya penyelesaian konflik adalah :

o menang – kalah,

o menghindar – menang

o menang – menang.

Demi kearifan lokal tentu saja penyelesaian menang – menang ( Win – win Solution ) adalah cara yang terbaik . Karena dalam penyelesaian solusi ini tidak ada pihak yang akan dirugikan dan dikalahkan. Sebenarnya cara menang – menang
( Win – win Solution ) penggambarannya sangat sederhana , andai didalam rumah kita ada seekor laba – laba. Solusi menang - kalah adalah dengan membunuh laba – laba tersebut, sedangkan solusi menghindar – menang adalah karena kita jijik dengan laba – laba tersebut maka laba - laba tersebut kita biarkan dirumah kita sehingga mengganggu pemandangan dirumah dan laba- laba tersebutlah yang menang. Solusi menang – menang ( Win – win Solution ) adalah dengan mendorong ( menghardik, memberi umpan makanan ) ke laba – laba agar masuk ke sekrop, dan meletakkan laba - laba tersebut ke luar rumah. Tentu saja rumah kita akan terhindar dari laba – laba dan serangga tersebut akan kembali ke habitatnya. Tidak ada yang dirugikan dalam solusi ini, kita dan laba – laba tersebut sama – sama menang.
Penyelesaian konflik dengan cara menang – menang ( Win – win Solution ) tidak semudah membalik telapak tangan, hal ini memerlukan waktu,tenaga dan pikiran. Tetapi dengan niatan baik dan keraifan kita pasti dapat melaksanakan , untuk hal – hal yang cukup mendesak lebih arif jika kebutuhan masyarakat didahulukan, sambil menunggu proses penyelesaian menang – menang ( Win – win Solution ).
Kata orang-orang bijak untuk kemajuan suatu daerah ,saat ini yang mendesak dan utama adalah peningkatan sumber daya manusia.
Pastinya proses mencerdaskan manusianya, antara lain: Sekolah, formal dan non formal,pengasuhan keluarga dll.
Alhamdulilah,untuk Dana Pendidikan 2009 20% dari APBN. Khan sudah baik tho Leek ???????
Semuanya itu perlu dukungan dari semua pihak agar berhasil.Ya Pemerintah ya masyarakatnya.
Kesinambungan keberhasilan untuk kemajuan daerah, yang pertama Goodwill Pemerintah ( Khan 2009 dana pendidikan 20% APBN), SDM Aparatur Pemerintah ( Sekarang sdh banyak PNS Sarjana bahkan S2-S3 ), yang tak kalah penting adalah masyarakat ( Stake holdernya). Khan jadi mubazir dan muspro kalau semuanya sudah mendukung, eee masyarakatnya yang tidak mau diajak berubah untuk maju????
Untuk Di Banyuwangi, Kemajuan daerah bisa lancar dan sesuai RPJMD, Jika semua Elemen Pemerintah dan Masyarakat hubungannya harmonis ( komunikasi yang kondusif, tidak saling mencurigai,tidak saling mencari kesalahan satu dengan yang lain antar elemen Pemerintah dan masyarakat, toleransi yang proporsinal ). Sebetulnya kelihatanya sepele dan mudah khan ?
Tapi tergantung dari diri kita masing-masing ,,, wong yang mendasari keinginan untuk mengumbar egosentris kita motifnya macam-macam. Ada yang cari nafkah dengan cara menghasut, intimidasi dll. Belum lagi yang adigang-adigung mentang-mentang Rumangsa paling pinter.
Tapi lama-kelamaan masyarakat yang menonton dan selalu waspada, bosan dan muak ........ lha orangnya ya itu itu saja yang berfikiran negatif (negatif thingking).
Tapi, kita yakin pasti Banyuwangi suatu saat akan maju dan cemerlang, Seperti saat jaman Blambangan Bre Wirabhumi sampai Macan Putih TawangAlun, Amin Amin Amin Ya Robalalamin
Teknologi Digester Biogas Sebagai Pengganti Bahan Bakar Minyak

Yunus Kurniawan
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

ABSTRAK
Pengurangan subsidi minyak tanah yang disusul dengan pengalihan pemakaian minyak tanah ke pemakaian bahan bakar gas menjadi problem ekonomi yang sangat membebani bagi masyarakat. Teknologi Digester Biogas merupakan sumber energi alternatif yang bisa diterapkan bagi masyarakat. Teknologi alternatif energi ini bisa dikembangkan di sentra-sentra peternakan, mengingat kotoran hewan sebenarnya bisa dimanfaatkan secara optimal dan dari sisi lain dapat mengganggu lingkungan bila tidak dikekola dengan baik. Teknologi Alternatif ini sebenarnya sudah lama berkembang, namun di Indonesia aplikasinya masih belum dikembangkan secara luas. Beberapa kendala antara lain: kurangnya tenaga technical axpertise , biaya instalasi yang mahal, design kontruksi yang belum populer. Saat ini mulai dikembangkan digester (reaktor biogas)dengan pengumpul gas dari palstik di Jawa Barat dan sebagian Jawa Timur. Biogas yang dihasilkan untuk sumber energi kompor gas , sebagai energi untuk penerangan dan yang terakhir untuk pembangkitan listrik dalam sekala masih terbatas.

DISKRIPSI
Energi biogas sangat potensial dikembangkan, karena bahan pengisi digester (kotoran ternak) melimpah di sentra - sentra peternakan, peningkatan kebutuhan susu yang dibaregi dengan kebutuhan daging di Indonesia telah merubah pola agribisnis peternakan kecil menjadi menengah. Dengan teknologi alternatif ini diharapkan masyarakat akan tertarik untuk beralih dari pemakaian minyak tanah ke biogas yang lebih murah, efisien dan ekonomis.
Proses pembuatan biogas adalah proses fermentasi kotoran ternak secara anarobic digestion ( fermentasi oleh bakteri dalam ruangan tanpa oksigen ), sehingga menghasilkan gas methana. Pada umumnya reaktor yang banyak dipakai untuk mengasilkan biogas adalah jenis terapung ( floating dome), dan jenis kubah ( fixed dome). Menurut hemat penulis ,di Indonesia yang beriklim tropis sebaiknya memakai jenis digester kubah . Hal ini dengan alasan karena pembentukan gas methana sangat dipengaruhi oleh suhu yang stabil ( jenis kubah menjamin kestabilan suhu kamar ).

Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik
oleh mikroorganisme pada kondisi tanpa oksigen (anaerob).
Komponen Biogas :
o ± 60 % CH4 (metana)
o ± 38 % CO2 (karbon dioksida)
o ± 2 % N2, O2, H2, & H2S
Biogas dapat dibakar seperti LPG, dalam skala besar biogas dapat
digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat
dijadikan sumber energi alternatif murah yang ramah lingkungan dan terbarukan.

Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain adalah dalam1 m3 Biogas setara dengan:
• 0,46 kg LPG
• 0,62 liter Minyak tanah
• 0,52 liter Minyak solar
• 0,80 liter Bensin
• 3,50 kg Kayu bakar

Setiap 1 ekor ternak sapi/kerbau
dapat dihasilkan + 2 m3 biogas per hari.

IDENTIFIKASI
Banyuwangi sebenarnya mempunyai potensi peternakan yang signifikan untuk dikembangkan guna mendorong ekonomi daerah,yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sentra-sentra peternakan dibanyuwangi yang menjadi prioritas untuk dikembangkan, menurut penulis adalah Kecamatan Wongsorejo,
Kecamatan Kalipuro dan Kecamatan Rogojampi. Prioritas pengembangan peternakan di kecamatan- kecamatan ini disebabkan faktor tiga besar dalam jumlah ternak sapi potong di daerah Banyuwangi.
Dalam pemanfaatan teknologi Digester Biogas di Banyuwangi, penulis terinspirasi teknologi Digester (Fixed Dome) dengan colector gas dari bahan palstik. Dengan pertimbangan :

o Design product yang sederhana
o Production cost yang relatif terjangkau.
o Product delivery yang mudah ke daerah –daerah terpencil.
o Product Plant yang sesuai dengan rumah tangga di pedesaan.
o Maintenance Product yang mudah,tanpa keahlian khusus.

TO BE CONTINUED
Setelah adanya Reformasi , mau tidak mau, semua harus berubah.
Pemerintahan yang dulu Disebut istilah GOVERMENT , sekarang sudah berubah paradigma menjadi Governance.
Konsekwensinya adalah, dahulu untuk keputusan - keputusan publik hak exclusive pengambil keputusan adalah Pemerintah, dimana yang tidak berkepentingan tidak boleh angkat bicara.
Tetapi era sekarang paradigmanya adalah untuk keputusan - keputusan publik pengambil keputusan adalah: Pemerintah,Pelaku Usaha, Masyarakat ( komonitas-komonitas sosial ).
Sehingga era sekarang ini yang sering kita temui untuk Program-program Pembangunan adalah bersifat design partisipatif.
Program-program tersebut antara lain, PNPM (PPIP,P2KP),JAPES,WISMP.dll.